Hukum Judi Online di Indonesia
Di Indonesia, judi online merupakan praktik ilegal dan dilarang oleh undang-undang. Aturan ini termuat dalam Pasal 27 ayat (2) UU1/2024 tentang perubahan kedua UU ITE, yang isinya sebagai berikut:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.”
Berdasarkan undang-undang tersebut, maka melakukan judi online merupakan tindakan yang ilegal.
Tidak hanya melakukan praktik, namun menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi, seperti mempromosikan atau mengiklankan, maupun menjadikan judi online sebagai mata pencaharian, juga merupakan tindakan yang ilegal.
Apabila seseorang melanggar Pasal 27 ayat (2) UU 1/2024 maka terancam potensi pidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda banyak Rp10 miliar, sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (3) UU 1/2024.
Larangan praktik perjudian juga diatur dalam Pasal 303 bis ayat (1) KUHP yang berlaku saat ini. Serta, Pasal 426 dan Pasal 427 UU 1/2023 tentang KUHP baru yang berlaku mulai 2026.
Adapun Pasal 303 bis ayat (1) KUHP isinya sebagai berikut:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau pidana denda paling banyak 10 juta rupiah:
1. barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303;
2. barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.
Dampak negatif yang bisa berimbas pada orang-orang terdekat termasuk keluarga, serta hukuman pidana yang mengancam pelakunya, tidak serta merta menghentikan maraknya praktik judi online yang ada di Indonesia.
Lantas, mengapa seseorang suka melakukan praktik judi online meski dibayangi sejumlah dampak buruk tersebut?
Tunjukin kemampuanmu!
Ini yang terpenting, jangan sampe karna orang tua sering ngebandingin kamu dengan orang lain, kamu jadi gak semangat dan gak punya motivasi untuk melakukan hal-hal lainnya.
Sayang waktu dan energi yang kamu punya, kalau kamu malah ngerasa gak semangat karna ini.
Waktu dan energi ini akan lebih bermanfaat kalau kamu gunakan untuk membuktikan kamu lebih mampu, atau setidaknya membuktikan kalau kamu mampu di bidang lainnya.
Karna sebenarnya, setiap anak punya kemampuan yang berbeda-beda. Mungkin kamu perlu memberikan bukti kepada orang tua, kalau kamu dan anak lain punya hal yang beda. Kalau kamu belum tahu apa kelebihan dan kekuatanmu, kamu bisa mencoba tes super power check.
Cara menghadapi orang tua yang suka membanding-bandingkan anak
Nah, ini mungkin jadi hal yang pengen banget kamu tau dari awal membaca artikel ini. Gimana ya caranya menghadapi orang tua yang seperti ini?
Aku rasa gak mudah sih. Aku dulu juga cuma bisa diem aja, gak tau harus gimana. Yaaa menikmati masa-masa aku dibanding-bandingin. Tapi aku sadar, itu gak sehat banget.
Kamu bisa nyoba beberapa hal di bawah ini, biar kamu bisa tetep semangat meskipun terus-terusan dibanding-bandingin.
Tahan dirimu untuk melawan orang tua
Emang sih rasanya nyebelin banget, pas orang tua ngebandingin kita dengan orang lain. Pasti kadang kamu juga udah ngerasa gak tahan, dan pengen banget ngejawab omongan orang tua.
Tapi, sebenarnya akan lebih baik kalau kamu bisa menahan dirimu. Alih-alih kamu ngebuang tenaga buat marah sama orang tua-mu, akan lebih baik kalau kamu mencoba untuk menerima, kalau mungkin di beberapa aspek orang itu memang lebih baik dari kamu.
Kamu juga bisa mengatakannya ke orang tua kalau, memang kamu gak sebaik dia, tapi kamu akan berusaha untuk memberikan yang terbaik. Jangan lupa untuk meminta dukungan dari orang tua.
Perlu kamu inget, kalau hal terpenting dari sebuah hubungan adalah komunikasi. Jadi, kamu tetep harus berkomunikasi sama orang tua, terkait apa yang kamu rasain pas mereka ngebandingin kamu dengan orang lain. Kalau kamu gak ngomong ke orang tua, mereka pasti gak akan tau kalau kamu gak nyaman dengan perilaku mereka.
Emang gak mudah biasanya buat bikin orang tua paham sama apa yang kita rasain, tapi siapa tau orang tua bisa luluh ketika kita bener-bener tulus ngomong ke mereka.
Nah, Perseners, ada satu hal lagi nih, memang setiap hal itu ada batasnya. Sama seperti kita, seorang anak, yang mungkin udah ngerasa capek banget ngadepin orang tua yang suka ngebanding-bandingin.
Kalau kamu membutuhkan tempat cerita, atau ingin mendapatkan pandangan yang lain terkait hal ini kamu bisa menggunakan layanan Mentoring dari Satu Persen.
Semoga tulisanku kali ini bisa bermanfaat dan membantu kamu bertumbuh setidaknya Satu Persen setiap harinya. Aku Nida, sampai ketemu di tulisan berikutnya. Thank you!
Lopez, R. Why do parents often compare children?. Retrieved on Dec 23, 2020 from https://steemit.com/edu-venezuela/@guada1/whydoparentsoftencomparechildren-h8vz87jzom
Raj, V. How To Cope With Parents Who Compare?. Retrieved on Dec 23, 2020 from http://yourdost.com/blog/2017/05/how-to-cope-with-parents-who-compare.html?q=/blog/2017/05/how-to-cope-with-parents-who-compare.html&
kenapa situs slot maintenance elkan baggott kenapa tidak main Sebut saja judi online 24 jam slot, togel, poker, judi bola, dan lain sebagainya. Adapun tugas Kemenkominfo sendiri adalah memblokir situs ataupun konten judi online. “Kita akan koordinasi dengan aparat penegak hukum, Kepolisian RI, dan kita juga mengimbau bahwa daya rusak judi slot korbannya rakyat bawah dan anak kecil,” ujarnya
betis sakit kenapa Temukan penyebab, gejala, dan solusi untuk nyeri pinggul sebelah kiri. Panduan lengkap ini mencakup cara mengatasi nyeri pinggul dengan metode alami dan medis
kenapa bri tidak bisa transfer Kita tidak bisa login 1 akun BRImo di dua Hp. Namun, kalau ingin memindahkan akun BRImo dari satu handphone ke handphone lainnya dapat dilakukan. Hanya saja, untuk melakukannya penting untuk memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku
tirto.id - Praktik judi online masih merajalela di Indonesia. Tak hanya berdampak negatif pada diri sendiri, namun judi online juga bisa berdampak pada orang-orang terdekat, terutama keluarga.
Seperti kasus baru-baru ini di Mojokerto, seorang polwan membakar suaminya, yang juga seorang polisi, akibat judi online.
Kasus tersebut bermula saat pelaku, Briptu FN (28), mendapati saldo gaji ke-13 suaminya, Briptu RDW (29), berkurang akibat judi online.
FN kemudian terlibat perselisihan dengan RDW. Hingga kemudian FN membakar RDW menggunakan satu botol bensin yang sudah disiapkan.
Setelah didalami lebih lanjut, motif pembakaran yang dilakukan FN disebabkan suaminya, RDW sering melakukan praktik judi online.
Gaji ke-13 RDW yang sudah tidak utuh lagi di rekeningnya ternyata digunakan untuk judi online. FN kerap kali marah, sebab uang yang harusnya digunakan untuk biaya ketiga anak mereka habis begitu saja.
Dampak negatif dari judi online tidak hanya terbukti dalam kasus tersebut, namun juga sejumlah kasus lainnya.
Lantas, kenapa praktik judi online masih marak di Indonesia? Bagaimana sebetulnya hukum judi online di Indonesia?
Minta dukungan dari orang tua
Mungkin anak tetangga, anak bu RT, atau sepupu kita dapat dukungan full dari orang tuanya. Dukungan secara fasilitas dapat, ditambah dukungan mental.
Kamu bisa ngobrol sama orang tua untuk meminta dukungan dari mereka, khususnya dukungan secara mental. Karna kamu gak cuma butuh “contoh” yang diberikan dengan cara membandingkan kamu dengan orang lain, ya kan?
Atur target dirimu!
Biasanya, orang tua membanding-bandingkan dirimu karena adanya standar dari lingkungan sekitar. Jadikan standar itu sebagai pilihanmu aja, jangan sampai standar dari orang lain mempengaruhi target dirimu sendiri. Karna kamu akan kesulitan untuk memenuhi standar orang lain.
Untuk itu, tetapkan dan aturlah target sesuai dengan kemampuanmu. Cuma kamu yang tau, seberapa jauh kamu mampu untuk mencapai targetmu itu.
Kenapa orang tua membandingkan anaknya dengan orang lain?
Sebenernya, kebiasaan membanding-bandingkan ini adalah insting dasar manusia loh, Perseners!
Aku yakin, kamu juga sering banget kan membandingkan sesuatu, gak harus membandingkan diri dengan orang lain aja. Sesimpel ngebandingin cara makan bubur ayam, diaduk atau gak. Iya gak? Orang-orang ngebandingin dua hal ini sampe berantem.
Sama kayak orang tua. Kebiasaan orang tua membandingkan anaknya dengan orang lain, juga berasal dari insting dasarnya sebagai manusia.
Membandingkan adalah cara berpikir rasional manusia untuk mengetahui dan membedakan mana yang baik dan yang jahat, suka atau gak, dan hal ini biasanya terjadi tanpa kita sadari.
Jadi udah kayak hal biasa aja sih, kalau ngeliat dua hal yang sama atau mirip, kita langsung nyari bedanya dan ngebandingin mana nih yang lebih baik atau lebih bagus.
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Hai, Perseners! Kenalin aku Nida, associate writer Satu Persen.
Gak terasa tahun 2020, udah hampir habis, nih! Gimana kabarmu di penghujung tahun ini? Meskipun tahun ini terasa berat, aku harap kita bisa menutup tahun 2020 dengan bahagia ya!
Oh iya, kalau ngeliat judul ini, aku pengen tau dong. Kamu pernah ngalamin gak? Orang tua ngebandingin kamu sama temenmu, atau anak temen orang tuamu?
Lagi-lagi, judul ini relate sama apa yang pernah aku rasain. Aku jadi inget ceritaku jaman sekolah dulu. Pas SMP aku satu sekolah sama sepupuku. Kelas 1 dan kelas 2, kami gak sekelas. Tapi, di kelas 3 kami sekelas. Dari awal tau sekelas, aku udah gak seneng sih. Soalnya aku tau, dia pinter dan aku pas-pasan, hahaha.
Ternyata bener, di tengah-tengah semester pertama, ada pembagian rapor di sekolah. Aku termasuk siswa yang orang tuanya dipanggil karna hasilnya gak memuaskan, kalau gak salah ada 3 mata pelajaran yang remedial.
Dan kalian tau? Sepupuku ranking 1 di kelas. Yang bikin kesel adalah guru-guru juga tau kalau kami sepupu-an.
Huwaaa, aku yakin kalian tau deh selanjutnya gimana. Mulai dari ayah yang dateng ke sekolah, guru-guru yang berkali-kali ngomongin bedanya aku dan sepupu, sampe ke acara keluarga tetep aja aku dibanding-bandingin. Yaaa, rasanya bete banget sih.
Kalian pernah ngerasain juga gak?
Nah, tulisanku kali ini, aku pengen ngebahas, kenapa sih orang tua suka banget ngebanding-bandingin anaknya? Terus gimana ya caranya kita ngadepin orang tua yang hobi ngebandingin anaknya?
Setiap perilaku pasti ada alasannya. Begitu pula dengan orang tua yang hobi banget ngebandingin anaknya dengan orang lain. Mungkin kita perlu tau dulu nih, sebenernya apa sih alasan orang tua ngebandingin kita dengan orang lain? Tujuannya apa?
Alasan Orang Suka Judi Online dan Main Slot
Menurut penelitian di Yale School of Medicine Amerika, terdapat sejumlah alasan seseorang melakukan perjudian.
Alasan tersebut di antaranya terkait dengan kenikmatan atau hiburan, kegembiraan atas sensasi kemenangan, hasrat kompetisi, ingin mengesankan orang lain, ingin mendapatkan penghargaan, serta mencari tantangan.
Psikiater Amerika Dr. Marc Potenza telah melakukan penelitian ilmiah mengenai proses mental para penjudi. Dr. Marc Potenza menyebutkan, bahwa kecanduan judi terkait erat dengan kesehatan mental yang buruk.
Menurutnya, kecanduan judi telah digambarkan sebagai “motivasi yang salah arah” di mana otak mengarahkan perhatian dan keinginan terhadap pemicu terkait perjudian, terutama imbalan yang melibatkan uang dibandingkan dengan imbalan alami seperti makanan, koneksi, dan seks.
Tahap awal dari kecanduan judi adalah perilaku kompulsif yang ditandai dengan tidak bisa mengontrol tingkat taruhan dalam berjudi.
Kemudian, apabila perilaku tersebut terus berlanjut, maka seseorang akan mengalami sepenuhnya kecanduan judi seperti kecanduan alkohol atau narkoba.
Bahkan, di tingkat lebih lanjut seseorang yang sudah semakin buruk kesehatan mentalnya akibat perilaku kompulsif dan kecanduan, akan mengalami depresi hingga pikiran untuk bunuh diri.
Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental-IV (DSM-IV), panduan resmi American Psychiatric Association untuk gangguan psikologis, menyatakan ada sejumlah alasan yang menyebabkan perilaku kompulsif dan kecanduan yang dialami penjudi.
Alasan tersebut, yakni pelarian dari tekanan hidup, ilusi kontrol, hasrat mengalahkan platform judi atau bandar untuk memenangkan uang, serta mengejar kerugian yang telah dialami ketika perjudian sebelumnya.
Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa terapi perilaku kognitif adalah pengobatan yang efektif untuk kecanduan, termasuk kecanduan judi.
Terapi perilaku kognitif mengajarkan seseorang bagaimana menolak pikiran yang tidak diinginkan, sehingga membantu mereka membentuk kebiasaan yang lebih baik.
Sejumlah psikolog yang mempelajari penjudi kompulsif pun menyarankan, bahwa terapi adalah langkah kunci untuk menghilangkan kecanduan dalam berjudi.
Terus, apa ya tujuannya orang tua membandingkan anaknya dengan orang lain?
Oke, selain sebagai insting dasar manusia, biasanya orang tua juga punya tujuan ngebandingin kamu dengan orang lain.
Salah satunya adalah biar kamu punya “contoh” yang bisa kamu tiru, terus bikin kamu berubah jadi lebih baik.
“Tuh, coba liat si A. Tiap hari dia belajar, gak perlu disuruh sama mamanya. Coba kamu kayak dia”
“Kamu main terus sih, liat tuh anak bu RT, nilainya bagus-bagus karna dia gak pernah main keluar”
Sering denger kan, Perseners?
Iya, jadi emang tujuan orang tua tuh sebenernya ngasih “contoh” ke anaknya melalui orang-orang sekitarnya.
Tapi, kalau kamu ngerasanya gimana?
Pas orang tua ngebandingin kamu dengan anak tetangga, misalnya. Kamu ngerasa jadi pengen ngecontoh anak itu gak sih? Atau malah kamu jadi gak nyaman dengan cara orang tuamu ini?
Iya, kalau berdasarkan ceritaku di atas. Jujur aku sama sekali gak pengen nyontoh sepupuku sih.
Aku malah ngerasa gak nyaman. Gak nyaman sama guru di kelas yang akhirnya nyuruh aku duduk bareng sepupuku, terus gak nyaman juga pas ketemu keluarga besar. Pasti deh dibahas.
Meskipun membanding-bandingkan ini adalah sesuatu yang normal, tapi dampak yang dirasakan oleh anak ternyata gak baik loh, Perseners.
Jarang sekali, ada anak yang jadi terpacu atau termotivasi setelah orang tuanya ngasih “contoh” dengan membandingkan anaknya sama orang lain.
Biasanya yang dirasain sama anak tuh malah jadi gak percaya sama kemampuannya, ngerasa cemburu atau iri dengan orang lain, sampe ngebuat hubungan anak dan orang tua jadi gak sehat.
Jadi aku harap, pas kita jadi orang tua nanti, kita bisa mengontrol kebiasaan membanding-bandingkan ini ya, Perseners!
Baca juga: Membandingkan Diri: Perilaku Toxic yang Perlu Dihentikan